<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/35845115?origin\x3dhttp://infosinema.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Saturday, March 03, 2018

Film Sejarah H. Agus Salim berdiplomasi di Moonrise Over egypt

InfoSinema - Selagi di bioskop dibanjiri film-film remaja, ada satu film yang memberanikan diri dengan genre sejarah Moonrise Over Egypt dari Tiga Visi Selaras (TVS) yang akan tayang 22 Maret 2018 ini.

Tidak banyak produser dan sutradara yang bmau menggarap film sejarah tetapi produser Amir Sambodo, Adie Marzuki, dan sutradara Pandu Adiputra mau menggarap film yang dibintangi aktor teater kawakan Pritt Timothy dan ada juga bintang remaja Reza Anugrah (anggota boyband SMASH), Bhisma Wijaya, Ina Marika, Oce Permatasari, dan lain-lain.

Film drama yang diangkat dari true event berdurasi 113 menit ini digarap serius dengan bantuan penulis  Erik Supit, Pandu Adiputra, Adie Marzuki.

“Sesuai dengan tajuknya, syuting film ini pun benar-benar dilakukan di Mesir pada medio bulan Agustus 2017 . Cukup banyak pemain dan crew yang berangkat ke Kairo, di samping bekerja sama dengan tenaga-tenaga sineas Mesir.” ungkap Pandu yang memimpin crew film di rilis yang dikeluarkan Yan Widjaya (Wartawan senior).

Kisah yang di angkat adalah perjuangan pahlawan nasional H. Agus Salim yang memimpin delegasi terdiri dari Abdurrachman Baswedan, Mohammad Rasidi, dan Nazir Sutan PPamuntjak. Misi Delegasi RI bertemu dengan Perdana Menteri Mesir Mahmud Fahmi El Nokrasshy Pasha, dan meminta pengakuan dejure dari pemerintah Mesir atas kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa nyata tersebut terjadi dalam bulan April 1947. Ketegangan terjadi karena mereka mesti berhadapan dengan kelicikan Duta Besar Belanda Willem Van Recteran Limpurg yang tak merelakan kemerdekaan Republik kita serta ingin menggantikan misi diplomatik tersebut.

“Karena ini bukanlah sebuah film dokumenter, maka ditampilkan tokoh-tokoh yang nyata dalam sejarah, seperti Hisyam, Zahra, dan lain-lain sebagai pihak yang PRO dan KONTRA pada Republik Indonesia,” ujarPandu sang sutradara.

Loglines
Apapun taruhannya, setiap warga negara harus merebut dan mempertahankan kemerdekaan negaranya dari penjajah,

Bulan April 1947, empat utusan diplomatik Indonesia tiba di Kairo untuk mengupayakan terbitnya pengakuan de jure atas kedaulatan Indonesia dari pemerintah Mesir. Mereka adalah Haji Agus Salim yang sekaligus menjadi pemimpin delegasi, kemudian Abdurrachman Baswedan, Mohammad Rasjidi serta Nazir Datuk Sutan Pamuntjak. Namun ikhtiar Agus Salim dan kawan-kawannya tak semulus rencana. Duta Besar Belanda untuk Mesir, Willem Van Recteren Limpurg, melancarkan serangkaian siasat penggagalan. Didampingi Duta Besar Keliling Belanda bernama Cornelis Adriaanse yang sengaja didatangkan secara khusus ke Kairo, Willem lantas menggertak Pemerintah Mesir, akan mencabut segala dukungan pada kepentingan luar negeri pemerintahannya, apabila Mesir mengakui kedaulatan Indonesia.

Desakan aparat kedutaan Belanda tersebut kontan merisaukan Nokrasyi. Posisi politik luar negeri pemerintahannya berpeluang terganggu. Dia terpaksa menangguhkan pembahasan mengenai Indonesia. Penundaan itu membuat Agus Salim dan kawan-kawannya harus terkatung-katung dua bulan lebih di Kairo. Lambat laun, Agus Salim mencium gelagat tak beres di belakang keraguan Nokrasyi. Dia mencurigai pemerintah Belanda berada di balik itu semua. Agus Salim sadar, perjuangannya sedang dijegal. Situasi jadi kian genting ketika tertiup kabar buruk dari tanah air, tentang pergerakan pasukan NICA yang mengepung wilayah tersisa dari Republik Indonesia.


Labels: , , , ,